Jumat, 06 Juni 2014
Tari-tarian kalimantan Tengah
Tari-tarian Daerah Belitung
Tari Pinggan
Tari Pinggan Terbagi menjadi dua, yakni : Tari Pinggan Laki dan Tari
Pinggan Indu' yang masing -masing ada kesamaan dan pebedaan. Tari ini
lebih menekankan pada gerakan – gerakan atraktif yang diadopsi dari
gerakan sifat tradisional. Dalam melakukan gerakan tari, penari membawa dua buah Pinggan ( pada zaman dahulu menggunakan piring batu, kini di ganti piring beling berwarna putih ), dan sepasang cincin yang terbuat dari timah ataupun tembaga seukuran Cincin jari tengah penari.
Kedua pinggan tersebut diangkat dan di tarikan sesuai dengan tebah atau iringan musik tradisional yang di sebut tebah Undup Biasa. Sedangkan kedua cincin timah yang digunakan penari, di hentakan ke buntut Pinggan untuk saling mengisi dengan iringan tarinya.
Masa kini tari Pinggan masih terpelihara secara alamiah, baik di
turunkan secara turun-temurun maupun di pelajari secara individu dari
kerabat maupun teman yang mempunyai keahlian tersebut. Tari Pinggan
diajarkan kepada kaum pemuda dan pemudi daerah Mualang .
Penyebaran Tari Pinggan, meliputi daerah Belitang Hulu, Belitang
Tengah maupun Belitang Hilir bahkan kini mulai merambah ke suku – suku Dayak sekitarnya yakni Ketungau, Bugau maupun Iban.
Tari-Tarian Yogjakarta
Tari Golek Menak
Tarian ini merupakan salah satu jenis tari klasik gaya
Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Penciptaan tari Golek Menak berawal dari ide sultan setelah menyaksikan
pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang
dari daerah Kedu pada tahun 1941. Disebut juga Beksa Golek Menak, atau
Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak.
Karena sangat mencintai budaya Wayang Orang maka Sri Sultan
merencanakan ingin membuat suatu pagelaran yaitu menampilkan tarian
wayang orang. Untuk melaksanakan ide itu Sultan pada tahun 1941
memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat,
dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T.
Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB
Kuswaraga dan RW Larassumbaga.
Tari-Tarian Bali
Tarian Sanghyang
Tari sanghyang adalah suatu tarian
sakral yang berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk mengusir wabah
penyakit yang sedang melanda suatu desa atau daerah. Selain untuk
mengusir wabah penyakit, tarian ini juga digunakan sebagai sarana
pelindung terhadap ancaman dari kekuatan magi hitam (black magic). Tari
yang merupakan sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu ini biasanya ditarikan
oleh dua gadis yang masih kecil (belum dewasa) dan dianggap masih suci.
Sebelum dapat menarikan sanghyang calon penarinya harus menjalankan
beberapa pantangan, seperti: tidak boleh lewat di bawah jemuran pakaian,
tidak boleh berkata jorok dan kasar, tidak boleh berbohong, dan tidak
boleh mencuri.
Ada
satu hal yang sangat menarik dalam kesenian ini, yaitu pemainnya akan
mengalami trance pada saat pementasan. Dalam keadaan seperti inilah
mereka menari-nari, kadang-kadang di atas bara api dan selanjutnya
berkeliling desa untuk mengusir wabah penyakit. Biasanya pertunjukan ini
dilakukan pada malam hari sampai tengah malam.
.Tari-Tarian Kabupaten Barito
Tari Giring-Giring
Tari giring-giring adalah tarian khas MaIanyan yang mendiami daerah Kabupaten barito timur dan Kabupaten barito selatan dan kalimantan Tengah.
Tari giring-giring atau juga disebut Gangereng biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu.
Giring-giring terbuat dari bambu tipis (telang) yg diisi dengan biji "piding" sehingga menghasilkan suara yg ritmis dengan alunan kangkanong(gamelan) oleh penarinya.
Tari-Tarian Tradisional Yogjakarta
Tari Bedhaya
Tari Bedhaya dalam pelembagaannya merupakan tari klasik yang sangat tua
usianya dan merupakan kesenian asli Jawa. Tari Bedhaya yang tertua
adalah Bedhaya Semang yang diciptakan oleh Hamengku Buwono I pada tahun
1759, dengan cerita perkawinan Sultan Agung dari Mataram dengan Ratu
Kidul yang berkuasa di samudera Indonesia. Pelembagaan tari Bedhaya
Semang ini dianggap sakral karena perkawinan tersebut dianggap sebagai
hubungan suci.Karena kesakralannya itulah, maka Bedhaya Semang menjadi pusaka kraton
yang sangat dikeramatkan. Sebagai sebuah genre tari, spesifikasi Bedhaya
antara lain, adalah pertama, ditunjukkan dengan penggunaan penari putri
yang pada umumnya berjumlah sembilan dan mempergunakan rias busana yang
serba kembar. Kedua, Bedhaya sebagai salah satu genre tari Jawa, telah
dijadikan sumber referensi dalam penyusunan gerak tari putri di keraton
Yogyakarta.
Tari-tarian Khas Bandung
Tari Jaipong
Tari Jaipong lahir dari kreatifitas seorang seniman Bandung bernama
Gugum Gumbira yang menaruh perhatian besar pada kesenian rakyat seperti
tari pergaulan Ketuk Tilu. Gugum Gumbira memang sangat mengenal
pola-pola gerak tari tradisional Ketuk Tilu, seperti gerak bukaan,
pencugan, nibakeun, dan gerakan-gerakan lainnya. Tari Jaipong sudah menjadi salah satu ikon keseniaan Jawa Barat, dan
sering dipertontonkan pada acara-acara penting untuk menghibur tamu dari
negara asing yang datang ke Jawa Barat. Juga, saat melakukan misi
kesenian ke mancanegara. Padahal di awal kemunculannya, tarian ini
sempat menjadi perbincangan hangat, terlebih karena gerakan-gerakannya
yang dianggap erotis dan vulgar.
Tari-tarian Tradisional Daerah Papua
Tari Perang Papua
Tari Perang adalah salah satu nama tarian yang berasal
dari Papua Barat. Tarian ini melambangkan kepahlawanan dan kegagahan
rakyat Papua.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh masyarakat pegunungan.
Digelar ketika kepala suku memerintahkan untuk berperang, karena tarian
ini mampu mengobarkan semangat.Tari Perang dari masyarakat Papua Barat ini mengarah pada karya seni
pertunjukkan periode prasejarah. Masyarakat Papua, hingga hari ini tetap
menjaga dan melestarikan tarian ini sebagai bentuk penghormatan
terhadap nenek moyang dan harga diri sebuah bangsa atau suku. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan masyarakat dan keseniannya tidak
merupakan perkembangan yang terputus satu sama lain, melainkan saling
berkesinambungan.
Tari -tarian Daerah Papua
Tarian Andun
Tarian ini adalah penggabungan dua tarian dari rakyat Papua, yakni
tari yosim dan tari pancar. Yosim adalah tarian yang mirip poloneis dari
dansa barat.
Tari ini berasal dari Sarmi, kabupaten di pesisir utara
Papua, dekat Sungai Mamberamo. Ada pula sumber yang mengatakan jika
yosim berasal dari wilayah Teluk Saireri (Serui, Waropen). Sementara,
pancar adalah tari yang berkembang di Biak Numfor dan Manokwari pada
awal tahun 1960-an. Tari yosim pancar memiliki dua regu pemain yaitu regu musisi dan penari.
Penari yospan lebih dari satu orang dengan gerakan dasar yang penuh
semangat, dinamik, dan menarik. Beberapa jenis gerakannya yang terkenal
seperti pancar gas, gale-gale, jef, pacul tiga, seka, dan lain-lain.
Keunikan
dari tarian ini adalah pakaian, aksesori, dan alat musik. Alat musik
yang dipakai untuk mengiringi tarian ini antara lain gitar, ukulele
(juk), tifa, dan bass akustik (stem bass).
Tari-tarian Asal Kalimantan Timur
Langganan:
Postingan (Atom)