Tari Bedaya
Dalam perspektif budaya Jawa, istilah bedhaya dan srimpi menyiratkan makna yang sangat penting Tarian ini bahkan dianggap sebagai salah satu atribut sang raja, yang
pada gilirannya juga berfungsi sebagai sarana untuk melegitimasi
kekuasaan dan kewibawaan para sultan atau sunan. Makna penting itu bukan saja bagi kalangan ningrat Jawa (para priyayi trahing aluhur), melainkan juga bagi masyarakat petani Jawa.Sementara di kalangan petani Jawa, istilah tersebut dipakai untuk
memberikan identifikasi terhadap bentuk atau genre tari yang
dikualifikasikan sebagai tari alus. Oleh karena itu, tari Gambyong, Bondhan, atau Golek oleh para petani ada kalanya disebut dengan istilah bedhaya dan srimpi.Menurut sejarahnya, tari Bedhaya dalam pelembagaannya merupakan tari
klasik yang sangat tua usianya dan merupakan kesenian asli Jawa. Tari
Bedhaya yang tertua adalah Bedhaya Semang yang diciptakan oleh Hamengku
Buwono I pada tahun 1759, dengan cerita perkawinan Sultan Agung dari
Mataram dengan Ratu Kidul yang berkuasa di samudera Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar